“Iya, dia memang ihwan yang luar biasa, satu dari sejuta kali”, damar berkata dengan semangatnya. “Sudah sholeh, baek, cakep, kaya, pinter lagi, kurang apa lagi coba?” timpal sari menimpali. “Btw, siapa ya yang beruntung menjadi istrinya ya?” celetuk damar. “Hus, lagi pada ngegosip ya? udah jadi tuh lauknya, pada makan dulu deh”, tia menyetop pembicaraan damar dan sari. Terbayang dalam pikiran sari dan damar bahwa dia adalah sosok yang sangat wow.
Galih namanya. Di kampus dia memang terkenal sangat simpatik. Termasuk anggota DKM yang aktif di berbagai kegiatan mahasiswa. Ketua Senat juga, ketua tim basket juga, pernah jadi perwakilan kampus ke konferensi di luar negeri, pokoknya mahasiswa dengan sederet kegiatan, tapi IPK tetep donk, terancam cum-laude. Tapi cool-nya itu lho, ga kuat. Sangat menjaga pergaulan dengan lawan jenis, menjaga pandangan banget, jarang ngomong kalo ga perlu-perlu amat, so yang dia omongin itu biasanya bermanfaat.
Tahun berganti, damar, sari dan galih ternyata mengambil bidang yang sama dalam penyusunan tugas akhir. Alhasil, mereka sering berkomunikasi, cari informasi, tuker-tukeran referensi. Jadi tambah akrab, walaupun tidak ngobrol kesana-kemari.
Hari kamis lalu, damar, sari dan galih terlibat musyawarah yang sangat serius. Mereka bertiga harus menyiapkan sebuah presentasi untuk sebuah company. Lama juga mereka bermusyawarah, dan dengan tiba-tiba, galih bertanya pada sari? “mana si item?”, dengan spontan damar dan sari mengernyitkan dahi, seraya tidak mengerti siapa si item.
“Si item? Maksudnya siapa?” tanya damar
“Itu, tia” jawab galih dengan senyum agak jahil.
“Hah? Spontan sari dengan kerasnya, dalam hatinya dia berkata (galih ngomong gitu?)
Memang galih sudah mengetahui persahabatan antara damar, sari dan tia. Yang sama-sama aktif juga. Biasanya mereka terlihat bertiga.
“Ga nyangka dia bisa ngomong gitu, galih gitu lho”, ujar damar.
“Iya, makin sering bareng dia, kayaknya makin kacau aja” kata sari
“yup, bukan satu dari sejuta lagi” timpal damar
“Sst, ihwan juga manusia lho” kata tia.
“Tapi ihwan ga seharusnya begitu” tegas sari.
cerita diatas adalah cerita fiksi, kesamaan nama, tempat, dll, merupakan kebetulan yang tidak disengaja :)
terinspirasi dari kesekian kalinya gw denger:
kok ihwan kayak gitu ya?
dengan jawaban: ihwan juga manusia…..
kok ahwat kayak gitu ya?
dengan jawaban: ahwat juga manusia….
sepertinya ada rasa kekecewaan di pertanyaan itu...
Saturday, February 26, 2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
kekecewaan terjadi karena apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Mungkin sebelumnya sudah terbayang lebih.
Tapi memang seharusnya ihwan dan ahwat itu berbeda. Bukan berbeda, ihwan dan ahwat itu seharusnya special. Bisa menjadi contoh di masyarakat, dengan lisannya dan perbuataannya.
Ah maennya fisik, gak seru
-Abu-
Post a Comment